Di tengah pandemi Covid-19 banyak kegiatan yang terhenti.

Tak terkecuali layanan kejiwaan yang biasanya ada di beberapa rumah sakit.

Menurut data WHO, semasa pandemi Covid-19, layanan kesehatan jiwa di rumah sakit terhenti hingga 93 persen.

Padahal kebutuhan selama pandemi akan pengobatan jiwa meningkat.

Dilatarbelakangi permalasahan tersebut, kini di Bali telah hadir layanan hotline bernama BISA.

Ketika dikonfirmasi, dr. I Gusti Rai Putra Wiguna selaku spesialis kedokteran jiwa, sekaligus traniner di BISA hotline, menjelaskan tentang BISA.

“BISA adalah singkat dari Love Inside Suicide Awarness. Jadi suatu hotline yang kami tujukan untuk membantu memberikan support, khususnya bagi orang-orang yang ingn melakukan bunuh diri atau kesehatan mental lainnya,” katanya pada, Senin 26 April 2021.

Bagi yang memang memerlukan bantuan dari BISA hotline dapat menghubungi nomor 0811385 5472.

Dalam membentuk BISA hotline ini, ia dibantu dengan 11 LSM di Bali, di antaranya yakni Komunitas Teman Baik, Movement of Recovery Project, Malamadre Foundation, Yayasan Spirit Paramacitta, Love and Strong Woman, KOSTRA Bali, GSHR Udayana, Yayasan Gaya Dewata, Crisis Kitchen Bali, Komunitas Bipolar Bali, dan Rumah Berdaya KPSI Bali.

Ia juga mengatakan, di masa pandemi ini kesehatan mental seakan-akan terlupakan. Maka dari itu dibukalah hotline ini.

“Kesehatan mental seakan-akan terlupakan. Memang saat ini kita butuh materi, sembako, ataupun pekerjaan tetapi ada yang dilupakan yakni dukungan kesehatan jiwa.”

“Jadi pada masyarakat yang membutuhkan kami untuk assignt kesehatan mentalnya bisa menghubungi BISA hotline. Dan setelah lebih dari 300 orang yang kami bantu, ternyata 6 persen mempunyai ide bunuh diri.”

“Dari sanalah kami bergerak. Sementara kan di Bali sendiri tidak ada yang khusus akan hal itu,” paparnya.

Dalam penanganannya, layanan ini dibantu oleh para konselor yang sudah terlatih.

“Yang menangani konselor yang terlatih. Jadi dari teman-teman yaitu masyarakat umum kita latih dia dipakai inklusif. Jadi ada teman-teman tuna netra, disabilitas ataupun anak-anak muda yang sebelumnya kami latih.”

“Jadi ada professional team yang terdiri dari profesional kesehatan mental, ada psikiater, psikolog, perawat spesialis yang memberikan materi.”

“Jadi kami membentuk konselor support buddies. Karena di sini kami dibantu juga dengan sukarelawan yang merupakan WNA,” imbuhnya.

Layanan BISA hotline ini membuka dua layanan bahasa yakni dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Layanan ini sudah diluncurkan pada tanggal 6 April 2021 lalu, dan sudah menangani hampir 35 orang.

“Kalau yang layanan bahasa Inggris kami masih menunggu legalisasinya. Jangan sampai sukarelawan yang sudah mau membantu kami itu terkena masalah karena dianggap pekerjaan padahal murni volunteer,” terangnya.

Dari 35 orang ini, 6 di antaranya ingin memutuskan untuk bunuh diri. Keenam orang ini kebetulan tinggal di Bali dan setelah itu pihak dari LISA hotline mengatur jadwal untuk bertemu dan tidak dipungut biaya.

“Jadi bukan layanan berbayar, ini kegiatan sosial sehingga orang-orang yang mengalami seperti ini tidak diabaikan. Dari yang ditangani ini ada kesulitan finansial jadi kami di Bali bersama bisa mengarahkan.”

“Jadi bagi yang membutuhkan sembako kami arahkan ke teman-teman yang membagikan sembako, bahkan ada yang saat malam itu juga diusir dari kosnya kami mengusahakan shelter untuk itu.”

“Kami sebenarnya ingin sekali bekerja sama dengan layanan pemerintah emergency call 112 selama ini kan sangat berpotensi untuk membantu.”

“Sebenarnya layanan ini sangat berguna kita bisa bicara agar tim 112 bisa datang ke lokasi. Sebetulnya kita bisa bersinergi,” harapnya.

Selama ini, layanan BISA hotline bisa dilakukan melalui WhatsApp ataupun menelpon langsung layanan BISA, dan layanan BISA tersedia 24 jam.

Ia juga berharap layanan BISA dapat menjangkau lebih banyak orang.

Selama membuka hotline ini bermacam-macam sudah ditangani seperti depresi berat hingga bipolar.

Tribun Bali

Comments are disabled.