“Itu hal yang keren dan luar biasa sih. Terkadang beberapa orang yang kami layani tidak tahu bahwa yang sedang menolong mereka itu merupakan tunanetra. Teman-teman support buddies dari Kostra ini juga kami latih,” jelas Bimbim bangga.

Setelah sebulan berjalan layanan BISA telah diakses oleh puluhan orang. Orang-orang tersebut tidak hanya berasal dari Bali tapi juga dari luar Bali. “Waktu itu pernah ada yang menghubungi dari Pontianak dan ada juga dari Semarang. Kalau yang dari Semarang kami arahkan lagi kepada profesional yang ada di sana,” ujar Budi Putra, seorang support buddies yang juga merupakan tunanetra.

Ke depannya BISA akan bekerja sama dengan emergency call 112 Denpasar. “Kami sudah evaluasi, ada 27 orang lebih yang sudah menghubungi BISA sejak awal dibentuk. BISA ini ke depannya akan bekerja sama dengan emergency call 112 Denpasar. Jika ada kasus yang perlu pertolongan bisa langsung diarahkan dan BISA siap memberikan konsultasi gratis dengan profesional. Jika domisili di Bali bisa langsung bertemu dan jika di luar Bali diarahkan kepada profesional di luar Bali,” terang Bimbim.

Keberadaan BISA diharapkan bisa membantu mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental tanpa adanya stigma tertentu. Selain itu, dengan adanya LISA juga bisa menolong dan menyelamatkan para penyintas.

Baru dan pertama, layanan hotline bagi mereka yang berniat bunuh diri kini telah hadir di Bali. Layanan ini diberi nama BISA yang merupakan akronim dari Love Inside Suicide Awareness.

Layanan hotline BISA diluncurkan oleh komunitas Bali Bersama Bisa pada 28 Maret 2021 dan mulai beroperasi sejak 6 April 2021.

Komunitas Bali Bersama Bisa sendiri merupakan gabungan sebelas komunitas yang terdiri dari Movement of Recovery (MOR), Komunitas Teman Baik, Komunitas Bipolar Bali, komunitas Love and Strong Women, Komunitas Tuna Netra Teratai (Kostra), Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia Simpul Bali (KPSI) Rumah Berdaya dan lainnya.

“Keadaan seperti pandemi ini, 93 persen fasilitas layanan kesehatan mental dan jiwa justru tutup di Indonesia, padahal faktanya 80 persen orang di Bali juga kehilangan pekerjaan dan membuat mereka resah dan depresi,” jelas Ketua Yayasan Bali Bersama Bisa, I Wayan Eka Sunya Antara, Senin (3/5/2021).

Inilah  latar belakang hadirnya BISA di Bali, mengingat pengalaman pribadi setiap orang yang ada di setiap komunitas Bali Bersama Bisa. “BISA adalah nama seseorang yang memutuskan bunuh diri. BISA  adalah partner kita dulunya. Meskipun tidak bisa menyelamatkan Lisa, tapi BISA bisa menyelamatkan banyak orang,” kata I Wayan Eka Sunya Antara atau akrab disapa Bimbim ini.
Saat ini BISA telah memiliki 35 tenaga relawan atau yang disebut juga support buddies. Selain itu, LISA juga melayani dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Layanan ini juga bisa diakses lewat WhatsApp chat maupun telepon selama 24 jam non stop.

“Saat ini ada 35 orang support buddies. Lima di antaranya merupakan professional, sedangkan 15 orang lainnya merupakan orang Indonesia dan 15 lagi merupakan orang asing. Kami sedang mengurus perizinan terkait hal ini ke Kementerian Hukum dan HAM,” jelas Bimbim yang juga merupakan Co-Founder dari Movement of Recovery ini.

Ada yang unik dari para support buddies ini. Beberapa di antaranya merupakan tunanetra. Hal ini dikarenakan basecamp BISA untuk sementara ada di base camp yang sama dengan Kostra di Gang Betet nomor 17, Sesetan, Denpasar Selatan.

“Itu hal yang keren dan luar biasa sih. Terkadang beberapa orang yang kami layani tidak tahu bahwa yang sedang menolong mereka itu merupakan tunanetra. Teman-teman support buddies dari Kostra ini juga kami latih,” jelas Bimbim bangga.

Setelah sebulan berjalan layanan BISA telah diakses oleh puluhan orang. Orang-orang tersebut tidak hanya berasal dari Bali tapi juga dari luar Bali. “Waktu itu pernah ada yang menghubungi dari Pontianak dan ada juga dari Semarang. Kalau yang dari Semarang kami arahkan lagi kepada profesional yang ada di sana,” ujar Budi Putra, seorang support buddies yang juga merupakan tunanetra.

Ke depannya BISA akan bekerja sama dengan emergency call 112 Denpasar. “Kami sudah evaluasi, ada 27 orang lebih yang sudah menghubungi LISA sejak awal dibentuk. LISA ini ke depannya akan bekerja sama dengan emergency call 112 Denpasar. Jika ada kasus yang perlu pertolongan bisa langsung diarahkan dan LISA siap memberikan konsultasi gratis dengan profesional. Jika domisili di Bali bisa langsung bertemu dan jika di luar Bali diarahkan kepada profesional di luar Bali,” terang Bimbim.

Keberadaan BISA diharapkan bisa membantu mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental tanpa adanya stigma tertentu. Selain itu, dengan adanya BISA juga bisa menolong dan menyelamatkan para penyintas.

Comments are disabled.